pacaran usia dini bolehkah??
PACARAN USIA DINI( 15-20 TAHUN) BOLEHKAH?
Pacaran pada zaman sekarang ini menjadi masalah yang sangat pelik
dan sering terjadi pro dan kontra dimana-mana. Bagi para anak muda zaman
sekarang ini menganggap pacaran menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi,
akan tetapi bagi orangtua pacaran merupakan suatu hal yang harus dihindari oleh
anak-anak muda, dengan alasan karena akan mengganggu konsentrasi/ fokus
anak-anak muda dalam meraih impian/ cita-cita mereka, akan tetapi tidak sedikit
juga orangtua yang mengizinkan anaknya untuk berpacaran dengan alasan “karena
toh pada akhirnya mereka juga akan menjalin hbungan tersebut jika semakin
dilarang”. Lalu pendapat siapakah yang
paling benar di antara semua pendapat di atas. Dan apakah gereja perlu
mengambil bagian di dalam pembinaan tentang hubungan berpacaran?
Sebelum membahas tentang “apakah gereja perlu mengambil bagian di
dalam pembinaan tentang hubungan berpacaran?” kita akan membehas terlebih
dahulu tentang apa itu pacaran. Dalam KBBI kata pacar diartikan teman
lawan jenis yg tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih;sedangkan
kata berpacaran diartikan dengan bercintaan, berkencan. Sedangkan dalam wikipedia Indonesia defenisi pacaran
sendiri adalah proses perkenalan
antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan
menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.
Dari arti dan defenisi tentang pacaran di atas dapat disimpulkan
bahwa pacaran seharusnya dipersiapkan untuk orang yang ingin menikah/menuju
kehidupan berkeluarga, akan tetapi pada zaman sekarang ini hubungan
berbapacaran sudah dilakukan oleh anak-anak muda yang masih berusia dini(15-17
tahun), dan dari kesimpulan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
larangan orangtua tentang berpacaran berdasarkan kesimpulan sebelumnya adalah
benar. Lalu bagaimana dengan alasan orangtua yang memperbolehkan anaknya dengan
alasan “jika semakin dilarang akan semakin menjadi-jadi”.
Sebelum kita membahas alasan orangtua yang memperbolehkan pacaran
di usia dini, kita akan menyelidiki masalah apa saja yang terjadi selama
hubungan berpacaran dijalan pada usia dini. Masalah yang sering terjadi selama
berpacaran pada usia dini, kecemburuan, sakit hati, tangisan, terganggunya
hubungan seseorang dengan orang lain tidak lain penyebab dari semuanya itu
adalah tingkat pemikiran seseorang yang belum matang/labil. Dan hal lain yang
terjadi pada masa pacaran usia dini ialah terganggunya fokus/cita-cita, karena
orang yang berpacaran pada usia dini akan cenderung lebih memokuskan diri
terhadap pasangannya, kebahagiaan pasangannya dan lain sebagainya.
Dan hal paling buruk yang terjadi selama pacaran tanpa pembinaan
adalah hubungan seksual sebelum menikah. Jadi berdasarkan semua permasalah di
atas dapat kita dapat menjawab alasan orangtua yang memperbolehkan anaknya
berpacaran pada usia dini adalah salah, karena seharusnya orangtua dapat
mendidik anaknya, dalam bagian ini penulis tidak bermaksud untuk menyalahkan
orangtua, karena kemungkinan besar kesalahan terjadi pada anaknya. Dalam bagian
ini penulis bermaksud mengatakan bahwa dalam bagian/kasus seperti ini gerja
harusnya turut ambil bagian di dalamnya yang bertujuan untuk mengarahkan mereka
yang sudah terlanjur pacaran agar tidak melakukan hal yang tidak berkenan bagi
Tuhan.
Lalu apa yang dikatakan Alkitab tentang pacaran? Sehingga gereja
harusnya turut mengambil bagian dalam pembinaan tentang pacaran. Dalam Yeremia
13:21 versi ITB dikatakan Apakah yang kaukatakan, apabila diangkat menjadi
kepalamu orang-orang yang kauperlakukan sebagai pacar? Bukankah kesakitan akan menyergap engkau
seperti halnya seorang perempuan yang melahirkan? (Jer 13:21 ITB) disampaikan suatu pertanyaan tentang orang-orang yang dianggap
sebagai pacar menjadi kepala kita, kata menjadi kepala disini dapat diartikan menguasai, mengontrol,
dan bahkan membatasi gerak-gerik seseorang. Berarti dapat diambil kesimpulan
bahwa pacaran hanya akan mempersempit ruang gerak seseorang.
Dan dalam Kidung Agung dikatakan
Jadikanlah aku buah hatimu, jangan memeluk siapa pun selain aku;
karena cinta itu sekuat maut, dan nafsu berkuasa seperti kematian. Nyalanya seperti nyala api yang berkobar
dengan dahsyat. (Sol 8:6 BIS) ,
berdasarkan nats tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa cinta sesuai dengan
pengertian pacaran sebelumnya dapat juga menjadi penghambat pertumbuhan iman
kepada Tuhan dan bahkan menjadikan hubungan berpacaran sebagai suatu prioritas
utama bagi anak-anak muda yang masih
labil.
Berdasarkan pemamaparan masalah di atas yang menjelaskan dampak
buruk dari hal berpacaran, untuk itulah gereja perlu ambil bagian di dalam
pembinaan terhadap anak-anak muda yang berpacaran di usia yang masih labil. Tindakan
yang harus dilakukan oleh gereja bagi anak-anak muda yang berpacaran bukan lagi melarang melainkan mengarahkan dan
mengajar mereka agar menjalin hubungan senantiasa berada di koridornya Tuhan
dan agar tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, dan
untuk anak-anak muda yang belum berpacaran adalah gereja juga harus senantiasa
membimbing mereka.
Komentar
Posting Komentar